DENPASAR – Pagi itu, udara di sekitar Tukad Badung masih menyisakan aroma lumpur dan dedaunan basah. Sisa-sisa banjir pada 10 September 2025 lalu menumpuk di sepanjang bantaran sungai—sampah rumah tangga, ranting pohon, bahkan potongan perabot yang hanyut terbawa arus. Tapi di antara warna kusam itu, semangat gotong royong kembali menyala.
Pada Minggu, 26 Oktober 2025, ratusan relawan dari berbagai organisasi turun tangan membersihkan sungai dalam kegiatan “Gotong Royong Semesta Berencana” yang digagas oleh Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Bali. Aksi ini bertepatan dengan Hari Siaga Bencana Provinsi Bali, menjadikannya lebih dari sekadar kerja bakti—melainkan bentuk nyata kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana yang terus berulang.
Lima Sektor, Satu Tujuan
Pembersihan Tukad Badung dibagi menjadi lima sektor, mulai dari area Pekambingan hingga Banjar Batan Nyuh, Pemecutan Kelod. Di setiap titik, relawan dari berbagai latar belakang bahu-membahu: ada tim SAR, organisasi kepemudaan, komunitas pendaki, hingga lembaga sosial keagamaan. Mereka dipimpin oleh lima koordinator—Asep Nurhadi, I Gede Made Sukrawan, Priyanto, Komang Purna, dan Arif Widodo.
“Ini bukan sekadar bersih-bersih sungai,” ujar Arif Widodo, amil Dompet Sosial Madani (DSM) Bali sekaligus pengurus FPRB Bali. “Kami ingin menumbuhkan budaya mitigasi bencana secara berkelanjutan. Aksi seperti ini akan dilakukan rutin setiap dua pekan sekali.”
Pos Hangat dan Layanan Kesehatan DSM
Di sela kegiatan, DSM Bali membuka Pos Hangat di area Jalan Taman Pancing, Pemogan, tepat di jembatan kecil penghubung sisi barat dan timur. Sekitar 300 warga dan relawan menikmati sajian kopi dan teh panas, serta layanan pemeriksaan kesehatan gratis oleh dokter relawan DSM.
“Capek, tapi hati hangat,” ujar salah satu relawan sambil tersenyum, memegang segelas teh hangat dari tenda DSM. Kehadiran pos ini menjadi tempat singgah yang bukan hanya memulihkan tenaga, tapi juga menumbuhkan rasa kebersamaan di tengah kepedulian sosial.
Kolaborasi Lintas Komunitas
Kegiatan gotong royong ini diikuti oleh lebih dari dua puluh organisasi. Di antaranya ISMKMI, Pendaki Napas Tua, BTB, SAR Radio 115, KMI, GOWRI Rescue, RAPI, BRC, Bali Rescue, BARES, Senkom MP, CNPS, Pramuka Peduli, Tagana, MDMC, Alfateam, LPBI NU, ORARI, PMI, SAI Rescue, IARMI, TDM Janar Duta, DK Trilogi, dan MRI.
Mereka datang bukan karena diminta, tapi karena kesadaran kolektif—bahwa bencana adalah tanggung jawab bersama. Bahwa sungai yang bersih dan lingkungan yang sehat adalah bagian dari ibadah dan kemanusiaan.
Dari Sungai untuk Kehidupan
Menjelang siang, karung-karung sampah mulai menumpuk di pinggir jalan. Di bawah terik matahari, gotong royong ini menorehkan harapan baru: Bali yang lebih bersih, tangguh, dan siap menghadapi tantangan alam. “Kalau semua bergerak, bencana bisa dicegah,” tutur Arif sebelum menutup kegiatan. Hari itu, Tukad Badung mungkin belum sepenuhnya bersih. Tapi semangat warganya sudah kembali jernih.







